Senin, 28 Oktober 2024

Praktik Pembelajaran ETAM BEBAYA : Sebuah Upaya Memfasilitasi Kebutuhan Belajar Peserta Didik yang Beragam

Halo, Sahabat Guru Belajar dan Berbagi..

Di dalam sebuah kelas, peserta didik hadir dengan beragam karakteristik. Mereka memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda, minat yang beragam, dan gaya belajar yang unik. Keberagaman ini seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai seorang guru. Berdasarkan hasil renungan dan refleksi saya pribadi, saya menyadari bahwa selama ini saya seringkali lebih fokus pada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar, sehingga peserta didik dengan kemampuan di atas rata-rata kurang mendapat perhatian yang cukup. Akibatnya, peserta didik yang cerdas ini merasa jenuh dan tidak tertantang dalam pembelajaran. Bahkan, tidak jarang mereka justru menjadi “trouble maker” di kelas karena merasa kemampuannya tidak difasilitasi. Saya sudah mencoba untuk memberikan tugas tambahan kepada mereka seperti pemberian soal-soal yang lebih menantang dan tingkat kesulitan lebih tinggi. Namun sepertinya hal tersebut kurang efektif dan hanya mampu menjadi solusi sementara.

Kondisi ini tentu saja tidak ideal, sebab setiap peserta didik berhak mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Pembelajaran yang monoton dan satu arah tidak lagi relevan dalam era yang semakin kompleks ini. Peserta didik membutuhkan pembelajaran yang fleksibel dan dapat mengakomodasi perbedaan individu. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya penerapan pembelajaran berdiferensiasi di sebuah kelas.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menghargai keberagaman peserta didik. Dalam model pembelajaran ini, guru tidak lagi mengajar semua peserta didik dengan cara yang sama, melainkan memberikan variasi dalam penyampaian materi, aktivitas pembelajaran, dan penilaian. Dengan demikian, setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya, sehingga mereka merasa tertantang dan termotivasi untuk mencapai potensi maksimalnya.

Dengan latar belakang permasalahan tersebut, selanjutnya saya merancang sebuah praktik pembelajaran yang saya beri judul "ETAM BEBAYA". Kata ETAM BEBAYA diambil dari Bahasa Kutai ̶ bahasa daerah Kalimantan Timur ̶yang berarti Kita Bersama. Selain itu, kata ETAM BEBAYA merupakan akronim dari “Pemanfaatan Teknologi dalam Memfasilitasi Peserta Didik  Belajar dan Berkembang sesuai Potensinya”. Pembelajaran berdiferensiasi yang dipadukan dengan teknologi menawarkan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan adanya teknologi, guru dapat lebih mudah menciptakan lingkungan belajar yang personal dan menarik bagi setiap peserta didik. 

Melalui strategi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang saya hadapi terkait usaha dalam memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, memberikan inspirasi bagi rekan pendidik lainnya di komunitas belajar untuk dapat mengintegrasikan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran di kelas. Dalam hal praktik ETAM BEBAYA ini, saya memanfaatkan MPI Belajar bareng Si Jali sebagai media dalam pembelajaran di kelas 4 Sekolah Dasar mata pelajaran matematika materi perkalian bilangan cacah sampai 100. (Baca juga : MPI Belajar Bareng Si Jali).

Berikut adalah video praktik pembelajaran ETAM BEBAYA yang telah saya laksanakan di kelas.


Secara umum, langkah-langkah praktik ETAM BEBAYA tergambar pada rincian kegiatan berikut:

  • Asesmen Awal : Peserta didik mengerjakan soal-soal perkalian bilangan 1 angka secara individu. Kegiatan asesmen dapat menyesuaikan misalnya lewat tes tertulis, lisan, ataupun dikemas dalam bentuk permainan. Guru menganalisis hasil asesmen untuk mengetahui pemahaman awal dan mengelompokkan peserta didik menjadi kelompok atas (mahir) dan kelompok bawah (perlu bimbingan).
  • Eksplorasi : Setelah kelompok terbentuk, tiap-tiap kelompok akan mengeksplorasi MPI Belajar Bareng Si Jali dengan cara yang berbeda. Peserta didik kelompok mahir diberikan akses ke chromebook dan diminta untuk menjelajahi MPI Belajar Bareng Si Jali dan mengerjakan soal-soal latihan yang secara mandiri. Sedangkan kelompok perlu bimbingan mengksplorasi MPI Belajar Bareng Si Jali dan mengerjakan soal-soal latihan dengan bimbingan guru secara bertahap menggunakan smartboard. Guru dapat pula mendemonstrasikan konsep perkalian dengan menggunakan benda konkret seperti sedotan plastik, dll
  • Proyek Kelompok : Setiap kelompok diberikan tantangan yang berbeda untuk membuat proyek berupa soal matematika. Misalnya : kelompok atas diberikan tantangan membuat game edukasi berbasis online tentang perkalian, sedangkan kelompok bawah diberikan tantangan membuat poster atau presentasi yang menjelaskan konsep perkalian atau cerita bergambar yang melibatkan operasi perkalian Guru memberikan waktu bagi peserta didik untuk berdiskusi merencanakan dan membuat proyek mereka.
  • Presentasi Kelompok : Setiap kelompok mempresentasikan hasil proyeknya di depan kelas. Peserta didik lain memberikan tanggapan dan masukan. Peserta didik memainkan game edukasi yang dibuat.

  • Selama proses pembelajaran berlangsung, saya berupaya memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, dengan cara memantau perkembangan setiap peserta didik dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Selain itu, saya juga berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kolaboratif, sehingga peserta didik merasa termotivasi untuk belajar. Melalui praktik pembelajaran ETAM BEBAYA ini, saya dapat fokus membimbing peserta didik sambil memfasilitasi kebutuhan belajar kelompok mahir.

    Praktik pembelajaran ETAM BEBAYA ini telah saya bagikan dalam bentuk modul ajar pada fitur Perangkat Ajar di Platform Merdeka Mengajar dengan kata kunci "Menghitung Telur di Peternakan". (Lihat dan unduh modul ajar di sini, gunakan akun belajar.id)





    #BLPTKemendikbudristek #MerdekaBelajar #PembaTIK2024 #SahabatTeknologiKemendikbudristek #PlatformMerdekaMengajar 

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar