Halo, Sahabat Guru Belajar dan Berbagi..
Di dalam sebuah kelas, peserta didik hadir dengan beragam karakteristik. Mereka memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda, minat yang beragam, dan gaya belajar yang unik. Keberagaman ini seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi saya sebagai seorang guru. Berdasarkan hasil renungan dan refleksi saya pribadi, saya menyadari bahwa selama ini saya seringkali lebih fokus pada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar, sehingga peserta didik dengan kemampuan di atas rata-rata kurang mendapat perhatian yang cukup. Akibatnya, peserta didik yang cerdas ini merasa jenuh dan tidak tertantang dalam pembelajaran. Bahkan, tidak jarang mereka justru menjadi “trouble maker” di kelas karena merasa kemampuannya tidak difasilitasi. Saya sudah mencoba untuk memberikan tugas tambahan kepada mereka seperti pemberian soal-soal yang lebih menantang dan tingkat kesulitan lebih tinggi. Namun sepertinya hal tersebut kurang efektif dan hanya mampu menjadi solusi sementara.
Kondisi ini tentu saja tidak ideal, sebab setiap peserta didik berhak mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Pembelajaran yang monoton dan satu arah tidak lagi relevan dalam era yang semakin kompleks ini. Peserta didik membutuhkan pembelajaran yang fleksibel dan dapat mengakomodasi perbedaan individu. Oleh karena itu, di sinilah pentingnya penerapan pembelajaran berdiferensiasi di sebuah kelas.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengakui dan menghargai keberagaman peserta didik. Dalam model pembelajaran ini, guru tidak lagi mengajar semua peserta didik dengan cara yang sama, melainkan memberikan variasi dalam penyampaian materi, aktivitas pembelajaran, dan penilaian. Dengan demikian, setiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya, sehingga mereka merasa tertantang dan termotivasi untuk mencapai potensi maksimalnya.
Dengan latar belakang permasalahan tersebut, selanjutnya saya merancang sebuah praktik pembelajaran yang saya beri judul "ETAM BEBAYA". Kata ETAM BEBAYA diambil dari Bahasa Kutai ̶ bahasa daerah Kalimantan Timur ̶yang berarti Kita Bersama. Selain itu, kata ETAM BEBAYA merupakan akronim dari “Pemanfaatan Teknologi dalam Memfasilitasi Peserta Didik Belajar dan Berkembang sesuai Potensinya”. Pembelajaran berdiferensiasi yang dipadukan dengan teknologi menawarkan potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan adanya teknologi, guru dapat lebih mudah menciptakan lingkungan belajar yang personal dan menarik bagi setiap peserta didik.
Melalui strategi ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang saya hadapi terkait usaha dalam memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik yang beragam, memberikan inspirasi bagi rekan pendidik lainnya di komunitas belajar untuk dapat mengintegrasikan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran di kelas. Dalam hal praktik ETAM BEBAYA ini, saya memanfaatkan MPI Belajar bareng Si Jali sebagai media dalam pembelajaran di kelas 4 Sekolah Dasar mata pelajaran matematika materi perkalian bilangan cacah sampai 100. (Baca juga : MPI Belajar Bareng Si Jali).
Berikut adalah video praktik pembelajaran ETAM BEBAYA yang telah saya laksanakan di kelas.
Secara umum, langkah-langkah praktik ETAM BEBAYA tergambar pada rincian kegiatan berikut:
#BLPTKemendikbudristek #MerdekaBelajar #PembaTIK2024 #SahabatTeknologiKemendikbudristek #PlatformMerdekaMengajar


Tidak ada komentar:
Posting Komentar